Rabu, 19 Maret 2014

Mengapa wanita suka melebih-lebihkan dalam gaya bicaranya?

Baik laki-laki dan wanita senang bicara dengan melebih-lebihkan. Perbedaannya adalah bahwa laki-laki melebih-lebihkan fakta dan data sementara perempuan melebih-lebihkan emosi dan perasaan. Seorang laki-laki bisa saja melebihlebihkan betapa penting pekerjaannya, betapa besar penghasilannya atau ikan yang ditangkapnya, kemampuan mobilnya atau berapa banyak perempuan cantik yang dikencaninya. Perempuan akan melebih-lebihkan bagaimana perasaan mereka dan orang-orang lainnya tentang sebuah isu pribadi atau tentang suatu ucapan yang dikatakan oleh seseorang. Otak perempuan terfokus pada orang-orang dan mereka lebih jauh berfantasi tentang kehidupan dan hubungan dibandingkan laki-laki, dan dengan cara melebih-lebihkan segala hal ini membuat percakapan itu menjadi lebih menarik.

Dengan melebih-lebihkan, percakapan seputar masalah hubungan menjadi jauh lebih menarik dan hidup.

Perempuan berbicara dengan melebih-lebihkan tentang kata-kata dan emosi adalah hal yang umum di mana-mana dan dapat diterima sepenuhnya oleh para perempuan lain tatkala mereka berbincang-bincang di antara mereka sendiri dan bagian dari fitrah social sebagai seorang perempuan.
Hampir semua perempuan suka memimpikan seorang ksatria berkuda tampan yang menunggang seekor kuda putih untuk membawa mereka pergi jauh, walaupun biasanya mereka berakhir dengan seorang teknisi komputer berambut merah dan wajah penuh bintik-bintik yang sedang memegang gelas bir, yang mereka jumpai di sebuah bar pada malam minggu.

Suatu kajian sosiologis telah membuktikan bahwa fantasi paripurna seorang perempuan adalah memiliki dua orang laki-laki sekaligus. Dalam fantasi ini, salah seorang laki-laki sedang memasak, dan yang lainnya melsayakan tugas bersih-bersih.

Berikut ini adalah contoh-contoh umum pembicaraan perempuan yang
dilebih-lebihkan:
“Saya kan sudah bilang jutaan kali agar handuk basahmu itu dipindah.”
“Kau selalu saja mengharap saya yang mengerjakan semua pekerjaan rumah dan sekaligus mengurusi anak-anak.”
“Tatkala kulihat dia memakai gaun itu, kupikir saya akan mati!”
“Saya takkan pernah ngomong lagi denganmu!”

Bagi seorang laki-laki, perkataan perempuan yang melebih-lebihkan itu dapat membuat frustrasi karena otak laki-laki berpegang pada fakta-fakta dan data untuk memahami sesuatu dan dia menguraikan kata-kata secara imajinatif. Misalnya, jika dia tidak sepakat dengan si perempuan di depan teman-teman, mungkin saja si perempuan berkata, “Kau selalu saja mengkritikku dan tak pernah membiarkan saya mengemukakan pendapatku sendiri! Kau setiap kali selalu begitu kepadsaya!” Si laki-laki cenderung untuk menangkapnya secara imajinatif dan membantah bahwa dia tidak melsayakan hal itu setiap kali dan membela dirinya dengan mengemukakan contoh-contoh. “Itu tidak benar!” protesnya. “Saya tidak melsayakannya tadi malam dan saya tidak melsayakannya selama berbulan-bulan!” Si perempuan menolak jawaban si laki-laki dan mengingatkan waktu-waktu, tempat-tempat, dan tanggaltanggal di mana si laki-laki melsayakan serangan yang sama. Si laki-laki akan menyingkir dengan perasaan sakit dan kesal. Namun apakah dia memang benar melsayakan serangan itu adalah tidak relevan. Yang diinginkan oleh si perempuan adalah agar si laki-laki memperlihatkan, di depan teman-teman mereka, bahwa dia memperhatikannya. Si perempuan melebih-lebihkan emosinya dan si laki-laki membantah sesuatu yang dipikirnya adalah fakta-fakta dan data.

Saya merasa seperti sejuta namun satu sekaligus. MAE WEST, ON MEN

Walaupun memiliki kapasitas dalam hal berbicara, tatkala tiba waktunya untuk berkomunikasi para perempuan juga mengandalkan bahasa tubuh untuk mengirim dan menerima informasi. Bahasa tubuh mengungkapkan kondisi emosional seorang prempuan dan menyampaikan informasi sekitar 60%–80% dampak dari hampir semua percakapan
perempuan. Dari sudut pandang laki-laki, perempuan tampaknya sedang melambailambaikan tangannya dan menggunakan ekspresi wajah dan gerak tubuh yang rentangnya luas tatkala sedang bicara, termasuk ketika bicara di telpon. Dari nada suaranya juga terkirim pesan dari apa yang dimaksudkannya dan perempuan berkomunikasi dalam rentang 5 variasi nada suara laki-laki hanya dapat mengenali 3 saja. Kata-kata yang diucapkan hanya memberikan keterangan sekitar 7%–10% dampak dari pesan yang disampaikannya. Konsekuensinya, kata-kata bukanlah sesuatu yang kritis dalam percakapan mereka karena sebagian besar dari pesan mereka adalah nonverbal. Bagi perempuan sama sekali tidak masalah menggunakan kata-kata yang bahkan tidak sepadan dengan percakapan. Bagi perempuan, emosi dan perasaan adalah yang sangat penting dan bahasa tubuh dan nada suara adalah saluran-saluran utama bagi komunikasi ini.

Solusi
Bila Anda seorang laki-laki, pahamilah bahwa seorang perempuan merasa perlu untuk melebih-lebihkan percakapan emosional dan janganlah menangkapnya secara harfiah. Jangan pernah menyebutnya “ratu drama” atau mengoreksinya di depan orang lain. Anda cukup mundur satu langkah dan berusaha untuk mendengarkan perasaan-perasaannya yang sesungguhnya tanpa memberitahu apa yang seharusnya dia pikir atau katakan. Akan tetapi, seorang perempuan juga harus menyadari bahwa laki-laki menangkap segala hal secara harfiah dan hendaknya si perempuan tetap berpegang pada fakta dan membatasi perkataan yang berlebih-lebihan terutama dalam urusan bisnis, di mana hal itu dapat menimbulkan kebingungan dan buang-buang waktu serta tenaga.

Ditulis oleh: kito share kumpulan materi pelajaran Updated at : 09.41

Ditulis Oleh :kito share Unknown // 09.41
Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar